G-Spot Ternyata Cuma Isapan Jempol?

Sebagian wanita mengaku telah menemukan letak G-spot-nya dan mampu mencapai orgasme (bahkan berulang) karena sensitivitas yang dihasilkan. Namun, jika benar demikian, mengapa penelitian terbaru di Journal of Sexual Medicine membuktikan bahwa hal ini sebenarnya tidak pernah ada?

Keberadaan G-spot memang sudah diperdebatkan selama bertahun-tahun. Bahkan, bukti-bukti tentang G-spot sudah ada sejak 3.000 tahun lalu. Para dokter di China yang menganut Taoisme saat itu mengembangkan seni penyembuhan seksual, dan G-spot disebutkan di dalamnya.

Istilah G-spot sendiri mulai dikenal pada tahun 1980-an, sebagai singkatan untuk Dr Grafenberg, seorang ginekolog yang menulis sebuah artikel untuk International Journal of Sexology (terbit pada tahun 1950-an).

Menurut peneliti utama dari Journal of Sexual Medicine tadi, Dr Randy Fink, tidak ada zona erotis perempuan yang dikenal sebagai G-spot, karena itu bukanlah lokasi anatomik yang dapat diidentifikasi dengan pasti pada setiap perempuan.

"Di lab anatomi sekolah kedokteran, siapa saja bisa bertanya pada dosen untuk mengidentifikasi bola mata. Dengan sedikit pembedahan, ahli anatomi dapat memindahkan bola mata mayat, dan menunjukkannya pada mahasiswa," ujar ahli obstetri-ginekologi yang berpraktik di Miami, Florida, ini.

"Namun, hal yang sama tidak dapat dilakukan untuk menemukan G-spot. Itu kelompok saraf yang tidak bertemu di bagian atas dinding vagina, sehingga malah banyak perempuan yang mengatakan mereka tak pernah menemukannya."

Dr Fink meyakini, meskipun G-spot tidak muncul secara fisik, namun keberadaannya memang tergantung pada masing-masing perempuan. Beberapa perempuan mengalami kenikmatan yang hebat dari stimulasi pada area ini, sementara yang lain tidak menemukan kesenangan yang spesifik. Meskipun sudah berusaha keras, mereka toh tidak menemukannya, demikian kesimpulan Dr Fink.

Sifatnya subyektif
Apa pun hasil penelitian tersebut, masih banyak pakar lain yang meyakini bahwa G-spot itu nyata. Keberadaan G-spot didukung habis-habisan dalam buku Love Her Right: The Married Man's Guide to Lesbian Secrets for Great Sex yang ditulis Dr Joni Frater dan Esther Lastique. Salah satu bab dalam buku tersebut menggambarkan bahwa zona tersebut terletak di sepertiga luar kanal vagina. Meskipun G-spot bukanlah satu-satunya cara untuk membangkitkan rangsangan pada perempuan, hal itu termasuk yang paling dibicarakan.

"Sepertiga luar vagina memiliki saraf yang paling sensitif untuk merangsang perempuan. Gerakan memutar dengan tangan atau gerakan penis bisa menstimulasi saraf-saraf tersebut," papar Dr Frater dan Lastique. "Karena area tersebut kecil, seukuran koin, kebanyakan orang memilih untuk mengurangi rangsangan di daerah ini. Padahal bagi banyak perempuan lain, di situlah zona paling menyenangkan yang pernah ada."

Selama stimulasi, jaringan lunak di daerah itu membengkak dan keras, sehingga dapat disentuh dengan menyelipkan jari. Stimulasi yang pas bisa menimbulkan orgasme hebat, dan pada tipe orgasme ini, beberapa perempuan bisa mengalami ejakulasi. Ya, ejakulasi. Mereka mengeluarkan cairan bening dari jaringan lunak. Mirip dengan cairan prostatik, namun banyaknya cairan berbeda-beda pada masing-masing orang.

"Sebagai host acara radio, kami sudah mewawancarai terapis seks, ginekolog, dan banyak pakar lain yang setuju dengan kehadiran dan pentingnya G-spot untuk perempuan," ujar Dr Frater.

Banyak perempuan yang memiliki kapasitas untuk mendapatkan multiorgasme, ketika mengombinasikan stimulasi zona ini dengan teknik lain. Jadi, bila Anda belum menemukannya, keep on searching. Siapa tahu bila Anda menemukannya, Anda akan mendapatkan klimaks yang Anda inginkan selama ini!

Source: kompas.com



Bookmark and Share


Dapatkan Info Berita Heboh Terbaru Setiap Hari:


Sudah Tahu Yang Ini? :

0 komentar: